Jumat, 11 September 2009

Sekitar Pergolakan Tibet


Dalam beberapa hari ini pers mancanegara dibanjiri oleh 'breaking news'sekitar demonstrasi dengan aksi kekerasan di Lhasa, ibukota DaerahOtonomi Tibet, Republik Rakyat Tiongkok. Diberitakan jatuhnya korban di

fihak pendemo, yang didemo, maupun petugas keamanan Tiongkok.

Bukan saja berita, tetapi dapat dibaca pelbagai ulasan, analisa,komentar, editorial dan 'talkshows' mengenai masalah Tibet. Pers diBarat dan pelbagai negeri, menganggap bahwa demo di Tibet tsb adalahsebagai reaksi terhadap politik opresif RRT terhadap Tibet. Bahwa rakyatTibet berkehendak lepas dari Tiongkok dan mendirikan negara sendiri.Suatu 'Tibet Merdeka'. Dapat pula kita ikuti konferensi pers Dalai Lamadi layar TV. Ia memberikan variannya sendiri mengenai masalah Tibet. Iatidak mengajukan tuntutan 'Tibet Merdeka'. Dalam pernyataannya itu DalaiLama menentang dilakukannya kekerasan. Ia bahkan menyatakan akan mundursebagai pemimpin pemerintahan Tibet di pengasingan, jika kekerasan takterkendalikan. Sementara itu diberitakan bahwa terdapat 'keretakan'bahkan 'perpecahan' dikalangan orang-orang Tibet eksil yang terlibat

dengan gerakan 'Tibet Merdeka'.

Kemudian keluar pernyataan PM RRT Wen Jia Bao yang menegaskan bahwaTibet adalah bagian dari RRT dan bahwa 'kerusuhan' di Lhasa diorganisir

dari luar, oleh orang-orang gerakan Tibet yang dipimpin oleh Dhalai Lama.

Sementara negarawan, termasuk Presiden Bush, PM Brown dari Inggris danpimpinan UNI Eropah menyatakan pandangan kritis mereka terhadapTiongkok. Mereka mendesak pemerintah Tiongkok jangan melakukan kekerasanterhadap kaum pendemo, selanjutnya supaya menyelesaikan masalah Tibetsecara damai. Anggota parlemen senior Amerika Serikat, Nancy Pelosi,memerlukan bertemu dengan Dalai Lama di Dharamsala, India. Di situPelosi berseru kepada masyarakat internasional agar mengecam

pemerintahan Tiongkok di Tibet.

* * *

Timbul pertanyaan. Ada apa di Tibet? Siapa yang mendemo? Apatuntutannya? Dari mana timbul kekerasan? Bagaimana sesungguhnya 'masalah

Tibet'. Bagaimana latar belakang sejarahnya? Dsb.

Mengikuti pemberitaan sekitar Tibet yang terus-menerus mengisi mediacetak dan elektronik sejak beberapa minggu ke belakang, tampak adanyasuatu kampanye internasional yang diregisir rapi disasarkan terhadapTiongkok. Sementara fihak di Barat memulai kampanye tsb denganmempersoalkan 'keabsahan', 'benar-tidaknya' mengadakan Olympic Games diBeijing. Mereka mendesak agar para olahragawan mancanegara jangan hadirpada pesta olahraga internasional di Beijing nanti. Sebagai alasandikemukakan bahwa di Tiongkok masih terus terjadi pelanggaran HAM.Sebagai reaksi atas kampanye tsb di Belanda misalnya, fihak pimpinanKomite Olympiade Nasional menyatakan sikap tidak mencampur-adukkanolahraga dan politik. Belanda akan tetap mengirimkan olahragawan mereka

ke Beijing. Demikian juga sikap negeri-negeri Uni Eropah lainnya.

Banyak sudah yang disiarkan dan ditayangkan di TV mengenai apa yangterjadi di Lhasa, dilihat dari kacamata Barat dan fihak yang menyokongtujuan pembentukan 'Tibet Merdeka'. Maka seyogianya baik juga mencermatiapa yang dikemukakan oleh Raidi,(70 th) dilahirkan dalam keluarga tanihamba. Ia seorang tokoh etnis Tibet, Ketua Kehormatan Komite KonsultasiPembangunan Daerah Otonom Tibet. Raidi telah menyaksikanperubahan-perubahan yang terjadi di Tibet sejak daerah itu tahun 1951dibebaskan secara damai oleh Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok.Pendirian Republik Rakyat Tiongkok bahwa Tibet adalah bagian dariTiongkok, diakui oleh PBB dan negeri-negeri yang punya hubungan normal

dengan RRT.

Raidi menyatakan, peristiwa di Lhasa itu terjadi bukan kebetulan. Selamabelasan tahun ini, Tibet telah mengalami kemajuan paling cepat danperubahan paling besar sepanjang sejarahnya, begitu pula rakyatnyamendapat keuntungan paling banyak dalam sejarah. Namun, demikian Raidi,kekuatan separatis Dalai Lama tidak ingin menyaksikan kemajuan sosial,perkembangan ekonomi dan persatuan berbagai etnis di Tibet, juga tidakingin menyaksikan rakyat Tibet menjadi tuanrumah atas negara danmenikmati kehidupan bahagia. Oleh karena itu, mereka berdaya upayamerusak dan mengganggu kestabilan dan perkembangan Tibet bahkan seluruh

daerah etnis Tibet.

Dikatakan Raidi, bahwa dalam peristiwa kekerasan itu, para perusuh telahmembakar 210 rumah penduduk dan toko, menghancurkan dan membakar 56mobil, membakar atau membacok sampai mati 13 penduduk yang tak berdosa.Ada cukup fakta, katanya, untuk membuktikan bahwa peristiwa itu

diorganisasi, direncanakan, didalangi dan dihasut oleh klik Dalai Lama.

Lanjut Raidi, "Tujuan mereka adalah menimbulkan peristiwa pada masa pekasekarang ini dan sengaja membesarkannya menjadi peristiwa berdarah untukmengganggu Olimpiade Beijing, serta merusak situasi sosial dan politikyang tenteram dan harmonis. Peristiwa kali ini sekali lagi membuktikanbahwa klik Dalai Lama sesaat pun tidak berhenti melakukan kegiatan

separatis dan sabotase."

Situasi di Lhasa dewasa ini, lanjut Raidi, sudah tenang, dan ketertibansosial sudah kembali stabil. Namun klik Dalai dan sejumlah tokoh dinegara-negara Barat bertindak begitu jauh menyebut tindakan pemukulan,penghancuran, penjarahan dan pembakaran sebagai "demonstrasi damai", danmenyebut tindakan untuk menangani tindak kekerasan yang dengan seriusmembahayakan keselamatan jiwa dan harta benda massa rakyat sertaketertiban sosial itu sebagai apa yang disebut "penindasan atas

demonstrasi damai".

Dikatakan oleh Raidi, pernyataan seperti itu disamping menutup mataterhadap duduk perkara yang sebenarnya, juga memutar-balikkan antarahitam dan putih. Raidi mengatakan, saya ingin bertanya: baik negara ataupemerintah mana pun, apakah mereka bisa bersikap acuh tak acuh terhadapperistiwa kriminal kekerasan seperti yang terjadi di Lhasa itu? Jelas,pemerintah mana pun tidak mungkin tidak mempedulikan keselamatan jiwadan harta benda rakyatnya, tidak mungkin menutup mata terhadap tindakanpara perusuh yang merusak ketertiban sosial yang damai dan stabil sertamerusak situasi yang tenteram dan bersatu. Dapat dipastikan bahwa negaramana pun tidak mungkin bertoleransi atas tindak kriminal kekerasan itu."

Demikian kata Raidi.

Kini sebagian besar toko di kota Lhasa sudah buka kembali, perguruantinggi serta sekolah-sekolah menengah dan dasar juga sudah kuliah secaranormal. Ketertiban sosial di Lhasa pada pokoknya sudah kembali normal.

Demikian Raidi.

* * *

Bila hendak berusaha memahami masalah Tibet, maka perlu sekali mendengarketerangan dan versi fihak Republik Rakyat Tiongkok, khususnya darisalah seorang tokoh terkemuka Tibet, Raidi. Mengingat pemberitaan danpeliputan fihak yang mengecam RRT dan menyokong usaha 'Tibet Merdeka'sudah begitu luas dan berlangsung berhari-hari sejak meletusnya konflikdi Lhasa, sudah pada tempatnya, demi mencegah keberat-sebelahan,didengar dan dipertimbangkan baik-baik keterangan dan penjelasan fihakyang membela dan mempertahankan keutuhan dan kedaulatan wilayah Repulik

Rakyat Tiongkok, termasuk Tibet.

Itulah sebabnya diatas dikutip agak ekstensif, bagaimana pendirian fihak

Republik Rakyat Tiongkok.

Sesudah mendengar lebih lanjut keterangan dan mengikuti dengan secermatmungkin, perkembangan selanjutnya, barulah kiranya mungkin memahami apa

yang terjadi di Tibet belakangan ini.

* * *

Dalam pada itu, pertimbangkan segi penting ini.

Bila di suatu bagian, suatu propinsi atau wilayah dari suatu kesatuansuatu negara terjadi konflik dengan pemerintah pusat, sewajarnya masalahini diselesaikan secara bijaksana dan demokratis. Tidak sedikit negeridan negara di mancanegara dewasa ini, yang penduduknya terdiri daripelbagai etnis dan suku bangsa. Gejala ini, bukan saja terdapat dinegara dan wilayah Republik Rakyat Tiongkok. Ini juga terdapat misalnya,di Amerika Serikat yang multi-etnik dan multi-ras. Di AS misalnyaterdapat tidak sedikit golongam penduduk etnis Hispanik yang berdiamagak memusat di bagian tertentu dari wilayah AS. Bila terjadi konflikantara pusat dengan wilayah tsb, pemecahannya bukanlah mendirikan negara

'Hispanik Merdeka' atau 'Negara New Mexico Merdeka'.

Sama halnya misalnya dengan popinsi Quebec di Canada, atau daerah Baskia

di Spanyol, atau di UK dengan Skotlandia atau Irlandia Utara.

Jangan jauh-jauh. Tengok saja negeri kita sendiri. Bila ada soal antaradaerah dengan pusat, jelas salah bila jalan keluarnya hendak ditemukanmelalui pembentukan PRRI/Permesta. Sebagaimana halnya ketika timbulkasus Aceh dengan Jakarta, pasti keliru bila penyelesaiannya adalahpembentukan negara 'Aceh Merdeka', seperti yang dicoba oleh GAM.Demikian pula halnya dengan kasus Maluku yang solusinya hendak ditemukanmelalui pembentukan RMS. Atau kasus Papua, yang pasti tidak selesai

dengan cara membentuk negara 'Papua Merdeka'.

Karena cara-cara solusi seperti itu berarti mempromosi separatisme yangtak akan menyelesaikan soal. Sebaliknya membikin soalnya menjadi lebihrumit, berlarut-larut dan penderitaan bagi rakyat, memancing campurtangan asing. Pada akhirya akan berkesudahan dengan bubarnya negaraRepublik Indonesia. Persis apa yang sejak dulu menjadi tujuan

kolonialisme dan imperialisme.

* * *

Dari pandangan ini, dengan sendirinya orang tidak akan bisa membenarkantuntutan sementara kalangan, bahwa konflik di Tibet, jalan keluarnya

adalah pembentukan negara 'Tibet Merdeka'.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan baik-baik ialah, bahwa selama RRTmeliputi wilayah daerah Tibet, yang bernama Daerah Otonom Tibet, dandiakui oleh mancanegara dan PBB, selama itu, orang harus pertama-tamamenghormati keutuhan wilayah RRT. Selanjutnya menjauhi diri dari campur

tangan langsung dari luar.

* * *
-22 Maret 2008

Sumber :
Ibrahim Isa
11 September 2009

Sumber Gambar:
http://www.conservapedia.com/images/e/e6/Tibet_map.gif

Imagine

Harakiri Perjuangan Macan Tamil



Lebih dari 30 tahun, Kelompok Pembebasan Macan Tamil Eelam (LTTE) angkat senjata menuntut kemerdekaan dari pemerintah Sri Lanka. Namun, perjuangan itu berujung pada kekalahan. Bunuh diri massal pun menjadi pilihan.

"Perjuangan panjang kami sudah mencapai akhir yang pahit," demikian pernyataan bersama LTTE saat pemerintah mengepung daerah kekuasaan mereka di Sri Lanka Utara. Pihak militer menemukan pernyataan itu bersama beberapa jasad para pemimpin senior Macan Tamil yang diduga bunuh diri.

Dalam sebuah laporan yang dilansir suratkabar The Observer, para pemimpin senior diberitakan telah melakukan bunuh diri bersama terlebih dahulu. Mereka meledakkan diri dengan bom berdaya ledak tinggi di sebuah bunker, Minggu (17/5).

Aksi ini dilakukan setelah pasukan pemerintah menguasai daerah pertahanan terakhir mereka, yang luasnya hanya 400x600 meter persegi. Perebutan kawasan tersebut juga berarti, bahwa pemerintah menyudahi pertikaian yang sudah berlangsung sejak 1976 itu.

Dalam perang terlama sepanjang sejarah Asia, pejuang ekstremisme LTTE memilih mengakhiri dengan cara tragis, yaitu bunuh diri massal. Niatan itu tertangkap saat pemerintah menyadap komunikasi radio antara anggota kelompok.

Menurut laporan AFP, Senin (18/5) sebuah bom berdaya ledak tinggi meledak di sebuah bunker kemarin. Sebuah pilihan yang dianggap mulia, ketimbang harus menyerahkan senjata kepada tentara pemerintah dan menyia-nyiakan perjuangan yang telah menewaskan 700 ribu warga sipil selama ini.

Militer menemukan 150 jasad kader LTTE dan hingga kini masih mengindetifikasi identitas mereka. Di antara pejuang tewas itu ada beberapa orang penting LTTE seperti putra tertua Kepala LTTE B Nadesan, Kepala Politik S Pulidevan, Kepala Sekretariat Perdamaian S. Ramesh, Pimpinan Militer Spesial Kapil Amman, Deputi Kepala Intel Sudarman, dan banyak lagi.

Pemerintah mengklaim telah membunuh pendiri LTTE Velupillai Prabhakaran saat berusaha kabur dalam sebuah ambulans, Senin (18/5). Ia berusaha keluar dari area sengketa bersama beberapa orang kepercayaan, termasuk putranya.

"Ia terbunuh dengan dua orang lainnya di dalam kendaraan itu," tutur seorang pejabat militer yang menolak menyebutkan namanya. Ia menambahkan, ambulans yang dinaiki Prabhakaran terjebak dalam kontak senjata yang dimulai militer pemerintah. LTTE memang berusaha mengevakuasi pemimpin mereka sejak pagi, namun upaya itu gagal.

Prabhakaran yang mendirikan LTTE pada Mei 1976 terus mengipasi semangat perjuangan untuk menciptakan negara Tamil di utara dan timur Sri Lanka. Langkah yang ditempuhnya cukup kejam, terhitung 700 ribu rakyat tewas sejak saat itu hingga saat ini. Seiring berjalannya waktu, 32 negara menyatakan LTTE sebagai organisasi terorisme.

Selama konflik panjang itu, Macan Tamil berulangkali berebut kuasa teritori tersebut dengan milter Sri Lanka. Konflik itu selalu diwarnai dengan kekerasan dan kontak senjata.

Mereka juga sudah menempuh jalur perundingan perdamaian hingga empat kali yang selalu gagal. Di perundingan terakhir pada 2002, LTTE akhirnya menguasai sejumlah besar area.

Perundingan itu pecah lagi pada 2006 saat militer Sri Lanka mengadakan serangan besar-besaran ke LTTE. Militer kembali membatasi area kekuasaan LTTE, menyisakan area seluas 1,5 km persegi di Distrik Mullauthivu. Pemerintah Presiden Mahinda Rajapakse akhirnya mengklaim kemenangan pemerintah terhadap kelompok tersebut pada 16 Mei 2009. [E2]

- 18 Mei 2009


Sumber :

Vina Ramitha

http://www.inilah.com/berita/politik/2009/05/18/108039/harakiri-perjuangan-macan-tamil/

11 September 2009

Sumber Gambar:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfrm6Gh-oQIZblWOTskz0-6FvRA6riB8bLhEhdTM4eBMaugbX1o5xGiHWXIg_q98c8yHyiYY-y9R8oHSXlQmTtORZ1dep0CqUcdsVfifKJCkqPdfDAA3d5aUaAFEpma3MGAPcjWP5bKas/s400/Sri+Lanka+Tamil+map+WQ.gif

http://www2.irb-cisr.gc.ca/images/researchpub/research/maps/LKA_E.gif

Chechnya: Sejarah, Perjuangan dan Masa Depan



Setelah kejatuahn Uni Soviet, sebenarnya aspirasi rakyat Chenchen hampir saja tercapai ketika rakyat Chenchen memenangkan Perang Chenchen pertama atas Russia. Namun kemudian, ketika Vladimir Putin melancarkan perang kedua kalinya atas Chechnya, Moskow kembali menguasai Chechnya secara de facto, dan menempatkan seorang presiden boneka yang mengakibatkan segala kekacauan, melancarkan kampanye media propaganda, dan menerapkan taktik pecah belah pada perjuangan rakyat Chenchen.

Namu, rakyat Chenchen tak pernah berhenti. Mereka berjuang dari desa ke kota di seantero Chechnya, dan kebijakan pro-Moskow di negara ini tak pernah mempan. Anak-anak muda Chencehn tetap pergi ke hutan, bergabung dengan para pejuang. Chechnya masih terjajah oleh Russia.


Sejarah Rakyat Chenchen

Rakyat Chenchen dikenal sebagai Nokhchi, yaitu orang yang berasal dari desa dimana terjadi peperangan dengan Russia di abad ke-18. Mereka menghuni sebelah utara wilayah Kaukasus. Jumlahnya sangat kecil, namun mereka sangat vokal dalam melawan penjajahan Russia waktu itu. Rakyat Chenchen juga dikenal sebagai orang Ingush, dan secara kolektif disebut “Vainakh” yang artinya “rakyat kami.”

Pada abad ke-16, datanglah orang-orang Cossaks ke wilayah itu. Orang Cossaks adalah orang-orang Russia yang meyebar ke seantero Russia. Mereka adalah para penjahat dan bandit yang tinggal di perbatasan selatan kerajaan Russia. Jumlah asalnya mereka sangat sedikit, namun karena dukungan dari kerajan Russia, maka mereka berani mengambil hak dari rakyat Kaukasus asli. Inilah yang melatarbelakangi perang Chechnya dan Russia sampai saat ini.

Pada Februari 1943, rakyat Chenchen diangkut dengan kereta roda untuk ternak ke Sentral Asia oleh para tentara Russia. Ini terjadi pada masa pemerintahan Stalin dan diikuti oleh para pemimpin Russia lainnya.. Ini dikenal sebagai deportasi paksa rakyat Chenchen. Mereka dipaksa untuk membuat jalan dan jembatan. Namun yang didapat mereka kemudian adalah desa mereka dibakar. Banyak yang tewas saat itu, mungkin hampir sekitar 30% dari jumlah keseluruhan mereka 4.000.000 orang di wilayah itu.


Perang Chechnya I dan II

Perang Chechnya sebenarnya adalah bentuk rasa malu Russia pada decade 1990-an. Kedua perang ini dipicu oleh kepentingan berbeda, namun hasil perang pertama memengaruhi terjadinya perang kedua.

Perang pertama Chechnya terjadi pada Desember 1994, dilakukan oleh pemerintahan Yeltsin. Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan Chechnya sebagai bagian dari Russia. Presiden Dzhokhar Dudaev, memenangkan pemilu yang jujur dan bersih pada Oktober 1991, mendeklarasikan kemerdekaan Chechnya pada November di tahun yang sama, dan menolak Moskow. Sampai musim semi 1994, Chechnya adalah satu-satunya negara yang tak mau bergabung. Maka perang pun berkumandang terhadap Muslim Chenchen.

Putin mengklaim bahwa Russia sedang memerangi teroris. Perang pertama berakhir pada Agustus 1996. Perang ini menewaskan lebih dari 100.000 rakyat sipil dan tentara Chenchen. Perang kedua yang meletus pada musim gugur 1999, adalah sebagai balas dendam perang yang terjadi selama 1994-1999. Russia mengklaim, bahwa Shamil Basayev, seorang pejuang Chechnya telah membom serangkaian apartemen di Russia, sesuatu yang tak pernah terbukti sampai sekarang.

Sampai sekarang, jumlah korban Muslim Chenchen tidak pernah diketahui. Namun yang pasti, korban mulai dari umur 10 sampai 60 tahun. Jika perang pertama didasari oleh kalkulasi yang salah, maka perang kedua dilakukan lebih brutal dan sinis sebagai pembentukan kekuatan rejim baru di sekitar Putin.


Akar Gerakan Rakyat Chenchen

Gerakan Islam rakyat Chenchen muncul ketika Mikhail Gorbachev menerapkan perestroika, atau semacam reformasi Russia. Momentum gerakan Islam Chenchen terjadi pada tahun 1991. Dzhokhar Dudayev, presiden terpilih Chechnya, baru saja kembali dari Estonia setelah mengikuti Angkatan Udara Russia.

Di Estonia, Dudayev melihat 1,6 juta rakyatnya—hanya lebih banyak sedikit dari Chechnya—berani mendeklrasikan kemerdekaan dari Soviet. Sedangkan selama ini, Chechnya telah menderita dan dijajah selama hampir dua dekade lamanya.

Kaum Sufi juga disebut sebagai pihak yang banyak berandil besar dalam perjuangan rakyat Chechnya. Rakyat Chehcnya mulai memeluk Islam pada abad 17 sampai abad 19. Tidak heran kemudian jika sufisme menjadi identitas yang paling dominan dalam masyarakat Chenchen. Paham Sufi Nqshabandiyah banyak tersebar di Chechnya. Namun operasi perang Chechnya pada tahun 1994, Russia banyak menghabisi kaum Salafi yang saat itu tengah menjadi trend.


Russia dan Islam

Sejak permulaan perang kedua Chechnya di tahun 1999, Moskow telah berusaha menguasai Muslim di negeri ini. Bahkan sejak zaman Tsar. Namun sejak itu pula, cara yang dilakukan selalu saja lewat kekerasan.

Sampai saat ini, Islam dinilai dengan pandangan negatif. Ada juga yang merasakan umat Islam dijadikan seperti 'Second Class People'. Pandangan terhadap Islam seperti ini jelas disebabkan pengaruh media barat yang meyebarkan idea 'Islamphobia' dan mengaitkan golongan Islam sebagai kumpulan teroris yang tak berdasar. Umat Muslim Russia dianggap beraliran Wahabi, dan ini tentu saja sebuah perkara buruk. Namun toh begitu, secara keseluruhan, pemeluk agama Islam di negeri ini mencapai 20 juta jiwa dan Islam menjadi agama kedua terbesar di negara ini. (sa/iol)

31- Agustus 2009


Sumber :

http://www.eramuslim.com/berita/gerakan-dakwah/chechnya-sejarah-perjuangan-dan-masa-depan.htm

11 September 2009

Sumber Gambar:


htthttp://www.worldatlas.com/webimage/countrys/europe/lgcolor/chechnya.gifp://www.waronterrornews.com/images/chechnya_caucaus.jpg

Kashmir



DENGAN sedih Iqbal, penyair Payam-i-Mashriq, menulis tentang Kashmir, tanah para penenun sutra di utara India yang bergunung-gunung: "Di dingin yang getir musim salju, tubuhnya gemetar, sementara dengan terampil ia selimuti tubuh si kaya dengan syal kerajaan."

Ia memang melihat kontradiksi di negeri yang sering disebut "Firdaus" itu, ketika ia berkunjung ke sana pada tahun 1921.

Statistik mencatat 96 persen penduduk Jammu dan Kashmir miskin dan terkebelakang. Mereka muslim. Hanya 0,8 persen dari mereka yang melek huruf. Yang bertakhta adalah Maharaja yang Hindu, yang menyukai lomba kuda di atas segalanya. Seperti di bagian India lain, di sini pun orang muslim jarang beroleh pendidikan modern. Mereka menampik, atau ditampik, modernitas. Akhirnya mereka tak siap memasuki sebuah dunia yang arahnya apa-boleh-buat dibentuk oleh modernitas itu. "Barat", yang mereka coba kalahkan, mengalahkan mereka.

Di subbenua India, kekalahan ini bergabung dengan posisi mereka sebagai bagian kecil penduduk. Dalam jumlah dan dalam mutu mereka sulit menandingi warga yang bukan muslim, yang lebih siap untuk memimpin India yang memasuki abad ke-20. Iqbal mungkin telah melihat itu. Masygul akan nasib kaumnya, ia datang dengan sebuah ide: kelak, kata sang pujangga, harus ada sebuah negara tersendiri bagi orang Islam di India.

Tapi tak semua orang Islam di India sependirian. Pada tahun 1924, seorang muda Kashmir bernama Abdullah menemuinya di Lahore. Ia sangat terkesan bahwa sang pujangga bersimpati kepadanya. Tapi memang Abdullah—yang kelak dikenal sebagai Sher-i-Kashmir ("Singa dari Kashmir")—menunjukkan energi dan kecerdasan yang luar biasa. Ia berasal dari keluarga pedagang kecil, tapi ia berhasil mendapatkan pendidikan yang umumnya tak terbuka bagi kelasnya. Abdullah belajar di sebuah sekolah tinggi bercorak Barat di Aligrah, dekat Delhi. Pada tahun 1930 ia kembali ke Kashmir. Ia membentuk sebuah grup diskusi bersama dengan para alumni Aligrah, dan terlibat dalam politik.

Pada tahun 1931 sebuah peristiwa meledak. Maharaja Kashmir memberangus sebuah demonstrasi protes warga Islam. Dua puluh dua orang mati ditembak. Kerusuhan pun meluas. Represi menyusul. Abdullah dipenjarakan. Ia kemudian memimpin gerakan oposisi. Untuk itu ia mendapat dukungan dari Nehru dan para pemimpin gerakan kemerdekaan India lain yang berhimpun dalam Partai Kongres di masa menghadapi kolonialisme Inggris. Kedekatan Abdullah dengan Nehru mulai di hari itu.

Sebenarnya Abdullah merasa Partai Kongres tak se-penuhnya kebal terhadap sektarianisme Hindu. Ia paham kenapa Pakistan harus berdiri. Tapi baginya, Kashmir bukan Pakistan. Di Kashmir orang tak menghendaki agama jadi penggerak identitas politik. Abdullah ingin Kashmir merdeka, sebuah negeri tersendiri.

Tapi akhirnya ia tak melaksanakan cita-cita itu. Ia malah mendukung integrasi Kashmir ke India, ketika perang meletus antara Pakistan dan India di akhir tahun 1947 memperebutkan sang Firdaus. PBB akhirnya memaksakan gencatan senjata. Pada tahun 1948, sebuah garis perbatasan yang disebut Line of Control (LOC) ditarik: sepertiga wilayah di bawah Pakistan, dua pertiga di bawah India.

Dalam kondisi itu, Abdullah jadi perdana menteri negara bagian India yang baru: Kashmir. Itu sebabnya sang Singa pernah dianggap telah jadi ayam sayur: ia dituduh "pengkhianat" oleh mereka yang ingin agar India harus pergi.

Tapi Abdullah, seperti Kashmir, adalah diri yang terbelah. Pada tahun 1953, ia berangkat ke luar negeri dan bertemu dengan Chou En-Lai, pemimpin Cina. Melihat kelancangan itu New Delhi marah. Paspor Abdullah dicabut. Sepulangnya, ia ditahan di sebuah tempat di Tamil Nadu. Pemerintah pusat curiga bahwa Sher-i-Kashmir mulai menggerakkan rakyat kembali ke arah "separatisme".

Abdullah wafat pada tahun 1982, dalam usia 77 tahun. Rakyat tak pernah melupakannya. Kashmir tak jadi diam. Negeri indah yang jadi tempat tetirah orang-orang kaya India itu kian merasa hanya jadi pelengkap penderita. Kian banyak tercatat perilaku brutal tentara India, kian banyak kemarahan meletup. Orang mulai lebih sengit berteriak "merdeka", dan menembak—atas nama sebuah bangsa yang memerlukan negeri baru.

Masih perlukah sebenarnya lahir sebuah negara-bangsa lagi di abad ini? Kashmir bisa menjawab "ya" tapi juga bisa menjawab "tidak", justru karena ia di tengah realitas yang sama: ia diapit oleh dua cita-cita politik yang luhur tapi terputus.

Pakistan, yang dimimpikan Iqbal, lahir dengan "nilai-nilai Islam" yang dianggap ulung. Tapi prestasi negeri ini tak setara India (yang bukan "Islam") dalam tekonologi, seni, sastra, ekonomi, kematangan lembaga politik, dan hak-hak asasi. Pakistan memang berhasil membangun persenjataan nuklir, tapi bukan demokrasi.

India, juga sebuah kekuatan nuklir, bisa punya sebuah demokrasi. Tapi sesuatu telah dikhianati. Di Gujarat, Februari yang lalu orang Islam dibunuhi, makam dan masjid mereka diduduki, dan rumah mereka dibakar. Di hadapan kejahatan kaum militan Hindu itu, pemerintah India di bawah Perdana Menteri Behari Vajpayee enggan bertindak. India yang dulu dicita-citakan Gandhi dan Nehru—sebuah India yang tak memihak agama apa pun—ternyata berubah. Kini kaum fundamentalis Hindu dipilih rakyat, dan mereka berkuasa, seraya para pendukungnya menyiram minyak tanah ke dalam konflik, menyebarkan kebencian, intoleransi, pembinasaan.

Pada tahun 1920-an Iqbal pernah menulis dengan sedih tentang Kashmir. Seandainya ia masih hidup, mungkin ia juga akan menuliskan sajak-sajak sesal: tentang Pakistan, India, tentang gagasan "dua-negara" yang dulu dikumandangkannya sendiri.

- 17 Juni 2002


Sumber :

Goenawan Mohamad

http://www.tempointeraktif.com/hg/caping/2002/06/17/mbm.20020617.CTP120171.id.html

11 September 2009

Sumber Gambar:

http://moinansari.files.wordpress.com/2008/02/pakistan-map4.jpg

http://www.mapsofindia.com/maps/jammuandkashmir/jammuandkashmir-district-map.gif

http://moinansari.files.wordpress.com/2008/02/pakistan-map4.jpg

Kashmir

Kashmir adalah sebuah wilayah di utara sub-benua India. Istilah Kashmir secara sejarah digambarkan sebagai sebuah lembah di selatan dari ujung paling barat barisan Himalaya. Secara politik, istilah Kashmir dijelaskan sebagai wilayah yang lebih besar yang termasuk wilayah Jammu, Kashmir, dan Ladakh.

"Vale of Kashmir" utama relatif rendah dan sangat subur, dikelilingi oleh gunung yang luar biasa dan dialiri oleh banyak aliran dari lembah-lembah. Dia dikenal sebagai suatu tempat paling indah spektakuler di dunia.

Srinagar, ibu kota kuno, terletak di dekat Danau Dal, dan terkenal karena kanal dan rumah perahunya. Srinagar (ketinggian 1.600 m atau 5.200 kaki) berlaku sebagai ibu kota musim panas bagi banyak penakluk asing yang mendapatkan panas di utara India. Tepat di luar kota terdapat taman Shalimar yang indah dibuat oleh Jehangir, kaisar Mughal, pada 1619.

Wilayah ini terbagi oleh tiga negara: Pakistan mengontrol barat laut, India mengontrol tengah dan bagian selatan Jammu dan Kashmir, dan Republik Rakyat Cina menguasai timur laut (Aksai Chin). Meskipun wilayah ini dalam prakteknya diatur oleh ketiga negara tersebut, India tidak pernah mengakui secara resmi wilayah yang diakui oleh Pakistan dan China. Pakistan memandang seluruh wilayah Kashmir sebagaiwilayah yang dipertentangkan, dan tidak menganggap klaim India atas wilayah ini. Sebuah pilihan yang disukai banyak orang Kashmir adalah kemerdekaan, namun baik Pakistan dan India menentang hal ini.

Kashmir merupakan salah satu wilayah rebutan terkenal di dunia, dan kebanyakan peta buatan Barat menggambarkan wilayah ini dengan garis bertitik untuk menandai batasan yang tidak pasti.


Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Kashmir

11 September 2009

Sumber Gambar:

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a0/Kashmir_map.svg/764px-Kashmir_map.svg.png

Kamis, 10 September 2009

Filipina Setujui Perluasan Wilayah Otonomi Muslim Mindanao



Pemerintah Filipina akan menggelar referendum bagi pembentukan wilayah khusus untuk warga Muslim di selatan negeri itu. Referendum adalah tindak lanjut dari tercapainya kesepakatan antara pemerintah dengan para pejuang Muslim Moro yang tergabung dalam Moro Islamic Liberation Front (MILF) pada Rabu kemarin.

"Kami berjanji untuk menggelar plebisit dalam enam bulan ke depan setelah penandatanganan memorandum kesepakatan tentang pembentukan wilayah khusus itu, " kata Hernogenes Esperon, penasehat Presiden Filipinan Gloria Macapagal Arroyo dalam upaya perdamaian dengan kelompok MILF.

Kesepakatan itu tercapai dalam pertemuan rahasia yang berlangsung di Malaysia antara wakil dari pemerintahan Filipina dengan perwakilan dari MILF. "Kami akhirnya bisa menyelesaikan semua persoalan yang tersisa tentang wilayah leluhur itu, " kata Mohaqher Iqbal, juru runding dari MILF.

Keduabelah pihak sepakat untuk memperluas wilayah otonomi Mindanao yang penduduknya didominasi warga Muslim sehingga wilayahnya meliputi lebih dari 700 desa Muslim. Kesepakatan itu

memberikan hak pada warga Muslim untuk mengelola sumber-sumber mineral dan kekayaan hutan sejauh 15 kilometer dari garis pantai. Sedangkan kekayaan alam yang berada diluar batas wilayah itu, tapi masih berada dalam teritorial Filipina akan dibagi dua di mana 75 persen akan diberikan untuk Mindanao.

MILF sejak tiga dekade memperjuangkan otonomi penuh atas wilayah Mindanao yang kaya akan sumber daya alam. Perjuangan MILF yang dimulai sejak tahun 1960, telah menewaskan lebih dari 120.000 orang. Para pemimpin MILF yang memimpin sekitar 11.000 pejuang sebelum negosiasi di Malaysia menegaskan, upaya perdamaian yang sudah berlangsung selama lima tahun akan hancur jika MILF dan pemerintah Filipina gagal melanjutkan negosiasi formal itu. (ln/iol/aljz) - 20 Juli 2008

Sumber :
11 September 2009

Sumber Gambar: